
BERITABLORA.ID, BLORA – Jumat sore yang hangat, jarum jam hampir menunjuk pukul 16.00 WIB. Sebuah mobil dinas berwarna hitam berhenti perlahan di halaman bekas SDN 4 Balun, Cepu, Blora.
Dari dalamnya, Bupati Blora Arief Rohman turun dengan langkah mantap. Tanpa banyak bicara, ia langsung mengarah ke sebuah papan proyek besar.
Di sana tertera peta renovasi Sekolah Rakyat, lengkap dengan sketsa ruang kelas, asrama, hingga laboratorium.
Gedung sunyi yang dulu terbengkalai, kini telah menjelma menjadi bangunan yang sarat harapan.Ditemani para pejabat dari Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, dan Kepala Sekolah Rakyat, Arief menapaki satu per satu ruang di gedung dua lantai itu.
Ia membuka pintu asrama guru, memeriksa ventilasi, pencahayaan, hingga kelayakan tempat tidur.
Langkahnya berlanjut ke asrama siswa. Deretan ranjang susun berdiri kokoh, kasur-kasur baru masih terbungkus plastik.
Lemari, meja, kursi—semuanya tertata rapi dalam ruang sederhana yang sebentar lagi akan dihuni para siswa dari keluarga kurang mampu.
Di lantai dua, Bupati menengok ruang guru dan laboratorium komputer. Meja dan kursi sudah tersedia, meski perangkat teknologi masih menunggu untuk dilengkapi.
Tak jauh dari situ, ruang kelas menyambut dengan warna putih bersih, jendela lebar yang menangkap cahaya sore, serta kipas angin di setiap sudut.
Ia duduk sejenak di salah satu bangku. Merenung barangkali, membayangkan anak-anak duduk di sana kelak, menyusun mimpi dari keterbatasan.
Perjalanan Arief berlanjut ke lantai bawah. Kamar mandi siswa, jemuran, dan ruang terbuka tak luput dari pantauannya. Semua dicek detail.
Gedung ini, menurutnya, sudah layak menjadi rumah baru bagi para siswa-siswi Sekolah Rakyat Menengah Atas 18 Blora.
Rencana peluncuran sekolah ini dijadwalkan pada Senin, 14 Juli 2025. Dan seluruh kegiatan pembelajaran akan langsung dimulai setelahnya.
“Tadi saya bersama Pak Kapolres, Pak Dandim, Kadinsos, Kadinas Pendidikan, dan Kepala Sekolah meninjau langsung. Insyaallah tanggal 14 Juli proses belajar mengajar sudah dimulai,” ucap Bupati Arief di hadapan awak media.
Ia menegaskan bahwa 50 siswa terpilih—17 laki-laki dan 33 perempuan—akan menjadi angkatan pertama.
Mereka semua berasal dari kalangan prasejahtera dan akan tinggal di asrama dengan seluruh kebutuhan ditanggung negara.
“Forkopimda mendukung penuh. Bahkan Polres dan Kodim akan ikut memberikan materi awal untuk para siswa,” ujarnya.
Asrama yang ada dinilainya sudah siap huni. Meski begitu, ia memberi catatan kecil soal penambahan kipas angin jika dirasa masih kurang.
Sementara itu, Kepala Sekolah Rakyat, Tri Yuli Setyoningrum, menjelaskan kesiapan tenaga pengajar dan pengasuh. Total ada 17 guru, ditambah 2 wali asrama, bendahara, dan operator sekolah.
“Awalnya kami akan melakukan pendekatan personal ke siswa-siswi. Karena mereka tinggal di sini, jadi kenyamanan sangat penting untuk keberhasilan belajar mereka,” jelas Tri Yuli.
Gedung ini bukan sekadar bangunan fisik. Ia adalah simbol harapan baru, tempat anak-anak dari keluarga sederhana bisa mengukir masa depan.
Dan sore itu, di bawah langit Cepu, satu langkah besar menuju perubahan telah resmi dimulai.