
BERITABLORA.ID, BLORA – Pagi itu pukul 08.55 WIB, mentari belum tinggi tapi panasnya sudah menyengat kulit. Debu tebal beterbangan setiap kali kendaraan melintasi jalan rusak penuh lubang di antara Desa Sarimulyo dan Wantilgung, Kecamatan Ngawen, Blora.
Di tengah panas dan jalan rusak itu, terlihat seorang pria tua tanpa mengenakan atasan, sibuk memperbaiki jalan yang berlubang.
Pria itu adalah Sutarji (70), warga Desa Wantilgung. Dengan inisiatif sendiri, ia memperbaiki jalan yang rusak demi keamanan pengguna jalan.
Meski cuaca panas dan peluh membasahi tubuhnya, semangat Sutarji tidak luntur. Ia terus mendorong gerobak tangan berisi campuran material sederhana yang ia gunakan untuk menambal lubang-lubang jalan.
Satu demi satu lubang ditambalnya dengan telaten. Meski menggunakan bahan seadanya, jalan-jalan itu akhirnya bisa lebih layak dilewati.
Sudah sebelas hari berturut-turut Sutarji melakukan kegiatan ini secara mandiri.Di kesehariannya, Sutarji bekerja sebagai penjual batu gamping di Pasar Ngawen.
Ia memanfaatkan batu gamping ukuran besar yang tak laku dijual untuk menambal jalan rusak.
“Daripada dibuang atau dijual murah, mending saya manfaatkan untuk jalan,” ujarnya, Selasa (1/7/2025).
Untuk material lain seperti semen, ia merogoh kocek sendiri. Sesekali, ada sopir truk yang lewat dan memberinya uang sebagai bentuk dukungan. Uang itu pun ia gunakan untuk membeli bahan tambahan.
“Saya pakai dana pribadi, tapi kadang juga ada orang yang lewat ngasih uang, saya belikan semen,” kata Sutarji.
Niatnya sungguh mulia. Ia tak ingin ada warga, terutama ibu-ibu, yang jatuh akibat jalan berlubang. Ia sendiri pernah melihat beberapa kecelakaan ringan di ruas jalan tersebut.
“Sering mas, yang jatuh itu banyak, terutama ibu-ibu,” tambahnya.
Melihat kenyataan itu, hatinya pun tergerak. Selain karena ingin membantu sesama, Sutarji juga merasa tidak nyaman ketika melewati jalan tersebut dalam kondisi rusak.
Menurutnya, menunggu perbaikan dari pemerintah akan membutuhkan waktu yang lama.
“Kalau nunggu pemerintah, pasti antreannya panjang. Saya nggak sabar, jadi saya tambal sendiri sebisanya,” jelasnya.
Meski terkadang merasa lelah, Sutarji tetap bersemangat. Ia yakin niat baiknya akan membawa manfaat.
“Capek ya capek, tapi kalau diniati ya semangat,” tuturnya.
Ia biasanya mulai bekerja setelah Subuh, sarapan dulu, lalu berangkat menambal jalan. Menjelang tengah hari, saat panas mulai menyengat, ia pun pulang.
“Biasanya jam 11 saya udahan. Yang penting sehat, itu modal utama,” kata Sutarji sambil tersenyum.